Apa yang Harus Dilakukan Ketika Anak Kejang Demam

    Setelah menjadi orang tua, hal apa sih yang paling kita takuti? 

Kalau saya, ketika anak sakit. Beneran menjadi momok tersendiri ketika anak tiba-tiba demam. Padahal pagi baik saja, tetapi siang hari tiba-tiba badan si kecil terasa hangat dan terus naik panasnya. Panik ga? Pasti panik ya. 

Apalagi kalau terjadi kejang pada si kecil ketika ia demam. 




Sumber by : google



Apa yang harusnya dilakukan? 

Saya bukan tenaga medis, tetapi ini pengalaman saya dengan anak kejang demam yang sudah 4 kali mengalami kejang saat di rumah dan berdasarkan hasil konsultasi dengan tenaga medis terutama spesialis anak. 

Apa yang saya rasakan ketika melihat si kecil kejang? Takut, panik dan merasa gagal menjadi ibu, untungnya suami dan orang tua saya selalu membantu menepis segala fikiran  buruk itu. Terutama suami yang langsung menghandle si kecil ketika pertama kali kejang. 

Lantas, hal apa yang harus dilakukan ketika kejang demam pada anak terjadi? 

Ini berdasarkan pengalaman dan juga hasil konsultasi saya dengan dokter. Tulisan ini saya khususkan bagi orang tua yang baru pertama kali mengalami  kejang demam pada anak, jadi jika ada kekurangan dalam tulisan ini, mohon bisa beri komentar dan juga saran. Sejatinya sebagai orang tua, kita memang dituntut selalu belajar, begitu juga saya. 

Jadi, ketika Syafa pertama kali mengalami kejang adalah di usia 10 bulan. Dimana saat itu demamnya terasa di siang hari, saya yang saat itu sangat awam soal anak, sebisa mungkin mengompres dahi Syafa dengan air hangat dan memberikan banyak Asi saja. 

Memasuki 1 jam demam, Syafa mulai terlihat tidak bersemangat. Saya pun menghubungi suami untuk bertanya haruskah syafa diberikan obat? Karena usianya yang dibawah 1 tahun, saya gak berani asal memberikan obat penurun demam tanpa resep dokter. Suami bilang akan izin kerja untuk membawa Syafa berobat. 

Saat bersiap- siap, tiba- tiba Syafa yang sedang saya gendong menjerit panjang dan menggeliat. Tubuhnya menegang dan matanya mendelik. Saya kaget, panik dan ketakutan. Tetangga datang dan bilang kalau Syafa kejang demam. Saya pun langsung ke klinik terdekat tanpa menunggu suami. 

Dokter langsung mengompres dengan alkohol di titik tertentu dan memberikan stesolid melalui anus. Apa itu stesolid? 

Stesolid adalah obat yang mengandung diazepam. Obat ini diindikasikan untuk manajemen terapi kecemasan, gelisah, dan juga ketegangan. Obat ini dapat memengaruhi sistem saraf otak dan memberikan efek penenang untuk itu perlu pengawasan dokter dalam penggunaannya.



 

setelah memberikan stesolid, perlahan tubuh Syafa melemas dan ia pun tertidur, ini efek normal dari penggunaan stesolid. 

Beberapa saat kemudian Syafa sadar seperti biasa dan mulai ceria, demamnya juga sudah turun, saya pun mulai berkonsultasi dengan dokter apa saja penanganan yang harus saya lakukan jika ini terjadi. 

Perlu diketahui, anak dengan kejang demam yang dimulai pada usia dibawah 1 tahun akan memiliki potensi kejang demam berulang dalam kurun waktu 6 bulan hingga 1 tahun, karena itu saya harus menyiapkan diri kalau terjadi lagi kejang demam. 

Dari informasi dokter, kejang demam akan menghilang pada usia 5 sampai 6 tahun, dalam kurun waktu tersebut, anak yang mengalami kejang demam memiliki resiko kejang demam berulang. 


Berikut hal yang dilakukan ketika anak sedang mengalami kejang demam adalah: 

- Tidak panik, berfikir positif dan bergerak cepat membawa si kecil ke dokter atau sementara menunggu kejangnya mereda, letakkan anak di tempat datar yang jauh dari benda berbahaya, miringkan anak agar liur yang keluar tidak menghalangi tenggorokan. Ini penting agar anak tidak susah bernapas. 

- Jangan memasukkan benda asing ke mulut anak. sendok atau malah tangan, biarkan anak mengikuti alur kejangnya, memasukkan sendok atau benda lain malah akan melukai rongga mulut si kecil bahkan menghalangi jalan napas. Hanya saja pastikan lidah anak tidak tergigit. 

- Jangan melawan gerak kejang anak, biarkan tubuhnya mengejang asal tidak dengan posisi berbahaya, melawan gerakan kejang malah dapat membuat bagian tubuh anak terluka, terkilir bahkan patah. 

- Segera bawa ke dokter untuk penanganan dan pemeriksaan lebih lanjut, serta dicari apa penyebab demamnya. 

- Cari penyebab demamnya setelah kejang mereda, agar demam menurun dan tidak terjadi kejang berulang. 

Setelah penanganan dan anak sembuh dari demam, kita wajib memperhatikan beberapa hal agar lebih siap saat terjadi kejang lagi. 

Beberapa hal yang diperhatikan untuk anak yang pernah kejang demam yang saya rangkum dari pemeriksaan dan konsultasi dokter adalah: 

- Selalu membawa termometer dan obat penurun demam ketika diluar rumah.


Beberapa macam Thermometer
Beberapa macam thermometer
Sumber by : Google


- Sedia stesolid ( ini atas resep dan petunjuk dokter) karena pemakaian stesolid tidak boleh sembarangan. Faktanya kami selalu sedia stesolid tetapi tidak pernah digunakan sendiri, kami lebih mempercayakan kepada tenaga medis yang lebih mengerti dosis serta pemakaian. 

- Setiap anak memiliki batas kejang berbeda-beda, misalnya Syafa akan kejang pada suhu 38,5° maka, pada suhu ambang demam itu, usahakan menurunkan demamnya dengan meminumkan obat penurun demam dan kompres. 

- Sering mengecek kondisi anak walau sedang tidak demam, karena anak batita belum mengerti kalau ia sedang sakit atau tidak, sebagian anak akan menunjukkan gejala lesu, rewel dan tidak bersemangat dan sisanya malah sering tidak sadar kalau sedang demam. 

- Memberikan banyak asupan cairan ketika anak demam. 

- Disarankan tidak membaluri tubuh anak dengan minyak saat demam. Ini merupakan tradisi yang sering kali dilakukan ibu pada umumnya ketika anak demam. Tahukah anda? Jika ternyata membaluri minyak ke tubuh anak malah menghalau panas tubuh yang akan keluar dari pori. 

- Tidak menyelimuti tubuh anak yang sedang demam. Sama dengan membaluri tubuh dengan minyak, panas yang akan keluar melalui pori juga terhalang. 

- Memberikan istirahat yang cukup. 

-  Tidak mengompres dengan air es. Ini masih menjadi hal keliru yang kadang dilakukan oleh ibu ketika anak demam, dengan harapan suhu tubuh anak akan menurun, padahal ini malah menjadikan thermostat ( hipotalamus) yang tugasnya memastikan semua sistem tubuh berjalan stabil salah memberikan perintah yang harusnya menurunkan suhu malah menjadikannya naik karna menangkap benda dingin menempel pada bagian tubuh. 

- Mengompres pada titik- titik tertentu dimana Bagian ini dilewati oleh pembuluh darah besar, seperti : Dahi, leher, ketiak dan selangkangan. 

- Jangan memberi kopi pada anak dibawah 12 tahun. Mitos yang berkembang, kopi dapat mencegah anak kejang demam atau step. Faktanya, kopi malah membuat anak susah tidur dan produksi asam lambung meningkat karena kandungan kafein di dalam kopi. Hal ini sudah dikonfirmasi dokter anak, bahwa kopi bukanlah penangkal kejang demam. 

- Jika demam membuat si kecil tidak bisa tidur dan sangat rewel, itu saatnya kita membawa si kecil ke dokter guna dicari penyebab demam dan apa yang harus dilakukan selanjutnya. 

Demam bukanlah penyakit, demam adalah gejala dari penyakit lain, misalnya tumbuh gigi, peradangan, infeksi bakteri atau virus dan penyakit lainnya. 

Demam akan mereda dengan sendirinya jika tidak disertai penyakit berbahaya lainnya, karena dengan demam, sistem imun tubuh sedang berperang melawan infeksi, tetapi tetap perlu bantuan obat dan dokter jika demam masih berlanjut. 

Itulah beberapa pengalaman saya menghadapi anak dengan kejang demam, dimana anak pertama saya kini sudah berusia 7 tahun. Kejang demamnya juga sudah tidak terjadi. Untuk anak kedua, akan tetap saya pantau karena kemungkinan kejang demam memiliki faktor genetik. 

Bagi orang tua di luaran sana yang anaknya mengalami kejang demam, tetap semangat dan waspada selalu ya. 

Artikel selanjutnya akan saya bahas mengenai perbedaan kejang demam komplek dengan kejang demam sederhana. 


Salam sehat selalu

Penuh cinta ❤

Julyanidar



Komentar